Wednesday, April 18, 2012

Dari Untitled untuk Untitled

Suatu hari, waktu aku masih di Untitled, Ita mengusulkan sebuah permainan saat pelajaran BK. Teman-teman langsung mencercanya. Itu sih karena dia nggak disukai di kelas. Padahal permainannya menarik: kami (saat itu jumlahnya 30 orang, karena dua orang nggak masuk) menyiapkan selembar kertas yang bertuliskan nama masing-masing. Lalu kertas itu digilir ke anak-anak lain. Tiap anak yang dapat kertas itu harus menulis pesan atau kesan tentang orang yang namanya tercantum di sana.

So, inilah komentar anak-anak Untitled tentangku…


lebih semangat lagi (okeeeh)

tidak terdefinisi (ini pasti Akbar, soalnya tulisannya paling jelek)

unik sejak SMP (kalau ini pasti Verly, soalnya tulisannya terjelek kedua)

terdampar di pinggir jalan :* (mungkin Sani. Dulu dia sering ngeboncengin aku)

Diam-diam tanda tak jelas (ambigu)

pinter akting, baik, g pelit (pinter akting? Waow thanks)

pinter baik menghibur (menghibur? Oke kadang aku memang jadi badut kelas)

Netral, unik, sulit dijelaskan (netral? Ya, itu sangat aku)

Pandan, sholat yuk… I <3 U (thanks Ukhti)

oh kamu… masih tanpa ekspresi (aku sedang berusaha berekspresi :D)

Tak sewangi namamu :p (oke, aku tau aku bauk)

Gue suka gaya loe! :D (gue juga suka gaya loe)

Pandan tu gokil tapi gk keliatan expresinya :B (ada berapa komentar nih yang menyinggung ekspresi?)

OK kamu tu jiwa pemimpin. (waa thanks. Semoga ya)

Datar… (ya begitulah)

cupu main UNO nya (ini Hanif -_- Pas itu memang UNO lagi ngetren di kelasku)

Si Bunda yg baik bgt. Maksh buat ndengerin keluhku slma ini :) Always love u :D (April. Aku sama dia memang jadi ibu-anak gak sah)

Pandan baik, aku suka (makasih. Semoga pas aku jahat, kamu juga suka)

Semangat! (yeah!)

Aku suka kamu <3 (jangan salah, ini tulisan cewek)

Sahabat selamanya :D (dari Faidz. Ini salah satu komentar favoritku)

Diam-diam menghanyutkan (sepaket sama komentar “Diam-diam tanda tak jelas” tadi)

Expresinya mana??? :O (mengingatkanku kalau dulu ada orang yang rajin mengatakan ini padaku)

Unique (Sholeh. Selalu main aman)

Aku sayang Pandan! muach! (dari Aaph. Aku juga sayang kamu Aaph…)

Asyik, ra jelas, temanku anak belakang… Hhaha… (pasti Salmon. Dulu aku, dia dan Aaph memang sering jadi anak “terbelakang”)

Maho… wah wis kebak… Ati2 disurung kenek bis (Lukman. Kata-kata “Ati2 disurung kenek bis” ngetren dari Memet)

ASYIK! BGT! >< (oke… Permainannya memang asyik ya)

Pandan baik, lucu, muach :D (muach :*)


Komentar dari teman-teman buatku kelihatan aman. Tapi beberapa anak yang kurang disukai di kelas dapet komentar-komentar pedas, bahkan sampai kebawa di Makrab. Yaah, tapi berkat permainan ini, kita jadi lebih tahu pendapat orang lain tentang kita. Dan bisa lebih introspeksi ;)

Selembar kertas yang berisi komentar dari Untitled itu… jadi salah satu hartaku…

Saturday, April 7, 2012

Surat untuk Diriku di Masa Depan

Halo, Pandan. Ini Pandan. Sekarang umurku 17 tahun lebih beberapa hari. Aku menulis padamu, diriku di masa depan, karena aku ingin kau menjadikan masa lalumu sebagai dasar. Karena berdasar pengalaman, mudah melupakan diriku yang sebenarnya saat lingkungan begitu menekan.


Saat ini dini hari. Seharusnya aku mengerjakan laporan penelitian Bahasa Indonesia yang sudah kadaluwarsa. Tapi seperti biasa aku menundanya. Aku memang sering menunda pekerjaan sampai batas terakhir, menikmati adrenalin yang berpacu dan kecepatan otakku yang bertambah beberapa kali lipat saat ngebut dalam waktu sempit. Please. Ini nggak bagus, pekerjaan jadi kurang maksimal. Pastikan kau memperbaiki kebiasaan satu ini.


Ingatkah kau, menjelang ulang tahun ke-17 kondisi psikismu benar-benar kacau, terkacau yang pernah kau alami? Emosi meluap. Semua kelihatan buruk. Setiap hari rasanya ingin menangis. Tapi aku tidak menangis, karena itu bodoh. Bukan karena menurutku menangis tak bisa menyelesaikan masalah... melainkan karena hidupku sungguh tak pantas untuk ditangisi. Tapi akhirnya... saat benar-benar tak bisa menahan lagi... aku pun menangis... Terima kasih untuk seorang sahabat yang begitu berharga, yang saat itu menemani dan menangis bersamaku. Sejak itu perlahan kondisi membaik. Yah, seseorang perlu jatuh sebelum bangkit.


Pandan di masa depan, kau harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalanmu dalam bidang akademis. Sejak masuk SMA aku memang jadi tidak terlalu memperhatikan pelajaran sekolah. Telat dan bolos adalah rutinitas. Mengerjakan tugas merupakan sesuatu yang tak wajar. DASAR BODOH. Ini harus diperbaiki sesegera mungkin. Aku tak memintamu jadi bureng, aku hanya ingin kau lebih menghargai SPP yang dibayar orang tuamu.


Jangan lupa cita-citamu: menciptakan karya yang bisa menginspirasi banyak orang di dunia. Kau harus lebih mengembangkan kemampuan menulis dan menggambarmu. Banggakan orang tuamu dengan itu. Ingat, kau belum memberikan banyak hal berarti untuk mereka. Yang kau lakukan hanya mengabaikan dan menyakiti. Berterimakasihlah. Balas budilah.


Oh ya. Kuharap di masa depan kau lebih serius soal cinta. Cinta, terlebih komitmen, saat ini memang berada di urutan kesekian daftar prioritasku, karena hidup sudah cukup ruwet tanpa perlu ditambahi olehnya. Aku juga lebih sering jatuh cinta pada cinta daripada dengan orang itu sendiri. Kuharap hal ini berubah... tapi nanti-nanti saja, saat aku sudah lebih dewasa.


Ah... Ngomong-ngomong soal dewasa aku jadi teringat kata-kata seorang temanku, "Saat kita merasa dewasa, berarti kita belum dewasa. Sedangkan kalau kita merasa belum dewasa, berarti kita sudah dewasa."


Kedewasaan. Begitu pelik jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkannya. Sejauh ini aku baru mendapat rumusnya. Dewasa = tanggung jawab + rasionalitas + ilmu + kejujuran + cinta. Garis bawahi ini: kejujuran. Sulit menyampaikan kebenaran, terutama menerimanya. Itulah masalahku sekarang. Entah anugerah entah musibah, aku memiliki ekspresi wajah datar. Poker face. Dan poker voice. Itu membuatku jarang ketahuan kalau berbohong. Biasanya hanya kulakukan untuk mengelak dari guru-guru, tapi aku takut jadi kebiasaan. Pandan di masa depan, ini termasuk hal yang harus kau perbaiki.


Dari tadi aku hanya ngomong soal hal yang harus kau perbaiki, ya. Memangnya tak bisa kulakukan sekarang? Well, saat ini aku sedang menulis apa yang bisa disebut targetku. Dan yang kumaksud Pandan di masa depan bukan hanya diriku bertahun-tahun mendatang, melainkan juga diriku beberapa jam maupun beberapa menit dari sekarang. Jadi perubahan bisa dan harus kulakukan sesegera mungkin.


Untuk jaga-jaga bila kau kehilangan dirimu lagi, akan kutulis hal-hal yang bisa mengingatkanmu. Pertama, jangan ragu dengan keyakinanmu. Kau memperolehnya setelah pencarian pelik seumur hidupmu. Saat ini aku memegang teguh keyakinan itu meski belum bisa sepenuhnya hidup menurutnya. Kedua, kau bercita-cita memperkaya dunia seni. Sekalipun kelak kau jadi akuntan atau dokter, jangan lupa untuk terus berkarya. Ketiga, keluarga dan teman-teman adalah hal paling berharga dan tak tergantikan. Maka jagalah. Dan jangan lupa untuk bahagia... Kau berhak akan itu.


Ingatkah kau, kau sering berkeliaran dengan Nia dan mendapat pengalaman-pengalaman tak terduga. Salah satunya kami pernah berjalan-jalan di Malioboro dan berpapasan dengan lelaki penjual roti. Dia bukan penjual roti biasa. Sepasang matanya tertutup selaput putih dan ia berjalan dibantu tongkat. Beberapa hari kemudian, kami bertemu dengannya lagi cukup jauh dari kawasan Malioboro. Sungguh mencengangkan perjuangannya. Saat orang-orang buta lainnya hanya menjadi beban masyarakat, lelaki itu berjualan dengan resiko besar demi bertahan hidup. Untuk menghargai perjuangannya, kami membeli rotinya. Aku ingat roti itu terasa asin karena bercampur dengan air mata haru yang mengalir dalam diriku.


Ingatlah lelaki itu saat kau putus asa. Kalau dia saja berjuang, kenapa kamu tidak?


Terakhir, kuharap kau berjalan lebih cepat. Secara konotasi dan denotasi. Siapa cepat dia dapat. Jangan mau kalah dengan orang lain. Jangan bermalas-malasan terus, wujudkan mimpimu!