Sunday, November 25, 2012

Agama untuk Manusia

Tak seorang pun di antara kamu yang beriman sepanjang tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (Islam)

Apa pun yang kau inginkan pada orang lain untuk dilakukan padamu, lakukan pada mereka. (Kristen)

Jangan lakukan pada orang lain apa yang kamu tidak ingin orang lain lakukan padamu. (Yahudi)

Siapa pun tidak boleh memperlakukan orang lain dalam cara yang tidak menyenangkan bagi mereka sendiri. (Hindu)

Keadaan yang tidak menyenangkan atau menyenangkan bagiku, akan demikian juga bagi dia. (Budha)



(Dikutip dari buku "Agama untuk Manusia" yang ditulis oleh Fazlur Rahman, W. C. Smith, Hans Kung, Abdulaziz Sachedina, Ewert H. Cousins, K. R. Sundararajan, Gunaseela Vitanage, Jacques Waardenburgh, dan D. H. W. Gensichen)

Friday, November 23, 2012

"Membaca" Manusia

Saya suka sekali membaca. Tidak hanya buku, saya juga kerap "membaca" manusia. Manusia itu ibarat buku yang dikemas dengan lebih variatif. Sebagai bacaan, manusia bahkan lebih adiktif ketimbang buku.




Berikut ini tipe-tipe manusia berdasarkan jenis buku:

1. Manusia yang bagaikan ensiklopedi

Ia berisi informasi mengenai berbagai hal, tetapi informasi tentang dirinya sendiri sangat sedikit. Tipe ini saya temukan pada Sholeh, mantan teman sekelas saya saat 1 SMA. Ia adalah orang yang pandai mengumpulkan informasi. Ingin tahu hal-hal yang pernah terjadi di sekolah? Tanya Sholeh. Ingin tahu hal-hal yang sedang atau akan terjadi di sekolah? Tanya saja Sholeh. Menurut saya, Sholeh mengetahui banyak informasi karena ia orang yang sangat fleksibel. Ia bisa berbaur di golongan putih, golongan abu-abu, maupun golongan hitam dengan baik.

Saya suka mendengarkan Sholeh bercerita. Selain karena gaya berceritanya asyik dan tidak berkesan menggurui, ia juga tidak lantas sok mendominasi pembicaraan. Namun ia adalah orang yang senang beraman-aman; ia jarang bercerita mengenai dirinya sendiri kecuali pada orang-orang yang ia percayai.


2. Manusia yang bagaikan buku tua

Saya selalu tertarik pada buku semacam ini: begitu tua, lapuk dan menguning kertasnya sehingga saya bertanya-tanya siapa saja yang sudah membaca buku tersebut serta kejadian apa yang sudah dilaluinya. Manusia tipe ini adalah para orang tua. Orang tua selalu senang didengarkan karena mereka memiliki segunung pengalaman hidup.

Selain para orang tua di keluarga besar saya, terkadang saya didekati bapak-bapak atau ibu-ibu tak dikenal yang kemudian menceritakan kisahnya. Di antara untaian masa lalu yang mereka ucap, saya melihatnya: ada rindu, ada riang, ada kegelisahan, ada euforia, ada pilu, ada rindu, ada rindu.


3. Manusia yang bagaikan buku teka-teki silang

Hidup manusia tipe ini penuh misteri. Langsung saja saya beri contoh: saya mempunyai teman sekelas bernama Faiq. Saya penasaran, kenapa ia masuk jurusan IPS padahal otaknya jelas-jelas condong ke IPA? Kenapa ia masuk sienom pencinta alam padahal badannya lemas lunglai? Kenapa seragamnya lusuh padahal ia anak orang kaya? Apa yang dipikirkannya, mengapa ia jarang berbicara? Saya sudah menanyakan hal-hal itu padanya tapi tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Maka saya dan teman-teman hanya menebak-nebak. Kami menikmatinya, rasanya seperti menulis fiksi.


4. Manusia yang bagaikan buku bergambar

Manusia tipe ini paling mudah dimengerti. Tak perlu membacanya, lihat saja gambarnya. Tipe ini adalah orang-orang yang ekspresif. Mereka tak perlu berkata-berkata untuk dapat dipahami. Asyik juga, tetapi kelemahannya adalah mereka sulit menyembunyikan sesuatu.

Tipe ini termasuk orang yang menerapkan kebiasaan-kebiasaan alami: mengalihkan pandangan ke kanan atas saat berbohong, menggoyang-goyangkan kaki saat gelisah, menundukkan kepala setelah melihat objek yang disukainya, dan sebagainya. Mereka mudah sekali "dibaca" oleh orang yang mengerti ilmu psikologi.
 

5. Manusia yang bagaikan kitab suci

Tipe ini saya lihat pada orang-orang religius. Mereka menerapkan ajaran agama sampai ajaran itu mereka lupakan. Maksudnya, mereka hidup sesuai ajaran agama sehingga ajaran tersebut menyatu dengan mereka; mereka tak perlu mengingat-ingat lagi karena ajaran itu sudah menjadi refleks. Mereka sungguh indah... bagaikan refleksi kitab suci.


6. Manusia yang bagaikan buku yang kertas-kertasnya berterbangan lepas

Anda tidak perlu repot-repot mencarinya di perpustakaan; ia ada di mana-mana. Tipe ini adalah orang yang terlampau suka mengumbar kehidupan pribadinya. Biasanya saya justru kehilangan simpati.


7. Manusia yang bagaikan death note

Pernahkan Anda membaca manga "Death Note"? Manga itu berkisah tentang seorang lelaki yang mempunyai death note. Sesuai namanya, death note adalah buku kematian. Orang yang namanya ditulis di sana akan meninggal beberapa detik kemudian karena serangan jantung.

Orang yang cocok untuk tipe ini adalah orang yang memiliki hawa-hawa mengintimidasi kuat. Seperti death note, Anda akan mengalami serangan jantung sesaat ketika ia menatap Andatatapannya tajam, kuat, pupilnya pekat. Biasanya saya tidak mau macam-macam dengan tipe ini.


8. Manusia yang bagaikan buku nyaman

Ada perbedaan bukan antara buku yang nyaman dibaca dan tidak? Mungkin karena warna kertasnya krem lembut. Mungkin karena ukuran hurufnya tidak kekecilan. Mungkin karena baunya bukan bau percetakan yang menyengat, melainkan samar-samar wangi vanila. Saya paling nyaman bersama orang bertipe ini. Wajar saja, mereka pencinta kedamaian.


9. Manusia yang bagaikan buku ter-update

Seperti namanya, jenis ini dihuni oleh orang-orang ter-update. Gaul. Orang tipe ini biasanya paling menarik untuk diajak mengobrol. Mereka selalu tahu informasi baru. Kelemahannya adalah, terkadang jati diri mereka dipertanyakan. Pernahkah Anda membaca buku komedi yang ditulis oleh @Poconggg? Setelah buku itu meledak di pasaran, banyak sekali penulis yang mencoba terkenal dengan menirunyaentah itu kuntilanak, genderuwo, trio pocongtetapi karya mereka susah untuk menyamai kualitas karya aslinya.


10. Manusia yang bagaikan kamus

Ia mempunyai pengertian sendiri untuk setiap hal. Jenis ini dapat dilihat pada orang-orang berpikiran luas, biasanya seniman dan filsuf. Bertukar pendapat dengan orang seperti ini tidak masalah asal masing-masing pihak tidak memaksakan pemikirannya. Bukankah kebenaran itu relatif?


11. Manusia yang bagaikan buku not balok

Mereka bagaikan menyanyi, bermusik dan menari tiap hari. Hidup tidak terlalu membebani mereka. Yang penting adalah menikmati apa yang bisa dinikmati.


Begitulah menurut saya tipe-tipe manusia berdasarkan jenis buku. Mungkin Anda lantas penasaran, saya termasuk jenis buku apa? Saya adalah buku yang halamannya kosong. Namun halaman-halaman itu terisi tiap hari berkat kehidupan yang saya jalani. Halaman saya diisi oleh pemikiran mengenai kehidupan,  sedangkan pemikiran itu saya peroleh berkat pengamatan saya terhadap Anda sekalian. Dengan kata lain, Andalah yang mengisi halaman demi halaman buku saya.

Terima kasih.

Tuesday, November 13, 2012

Sketsa: "Which Side?"



"Which Side?"
by Ratu Pandan Wangi
11th November 2012
2B pencil on A4 HVS