Sunday, October 21, 2012

Yang Hilang dan Ditemukan

Saya kerap memakai bando saat TK. Bando-bando itu berwarna cerah: merah, biru muda, atau pink—warna favorit saya dulu. Suatu hari saya merasa kehilangan bando yang tadinya saya pakai. Saya pun mencarinya ke mana-mana. Karena tak kunjung ketemu, saya bertanya pada teman saya. Dia menjawab dengan bingung, “Bandomu? Kan ada di lehermu!” Astaga! Ternyata tadi saya melonggarkan bando itu hingga leher, menjadikannya seperti kalung!

Lucu bukan betapa sesuatu yang kita cari ternyata berada sangat dekat dengan kita?

Mari saya ceritakan kisah lain. Suatu hari, orang tua saya menghadiahi saya uang Rp 100.000,00. Saya lantas memasukkannya ke saku celana. Kemudian saya pergi ke warung dekat rumah dengan masih mengantongi uang tersebut. Selesai berurusan di warung (bayarnya menggunakan beberapa ribu uang lain yang saya bawa), saya pun pulang. Tak lama kemudian saya menyadari bahwa uang Rp 100.000,00 itu hilang! Saya panik. Di rumah, di jalan, di warung, uang itu tak saya temukan. Entahlah. Mungkin terbawa angin atau “terbawa” tangan orang lain.

Dengan takut-takut saya melapor pada Ibu bahwa uang saya hilang. Saya juga meminta maaf atas kecerobohan saya. Kemudian Ibu—benar-benar tak saya sangka—tidak memarahi saya, malah mengganti uang yang hilang itu sejumlah Rp 100.000,00 juga!

Sampai sini mungkin Anda mengira bahwa orang tua saya terlampau memanjakan anaknya. Tidak. Orang tua saya cerdik. Ibu tahu betul, dengan mengganti uang tersebut beliau membuat saya merasa tidak enak hati luar biasa. Beliau ingin saya memarahi diri saya sendiri, ingin supaya saya sadar sendiri. Dan memang begitu. Hari itu saya mendapat sebuah pelajaran mahal: simpan uangmu baik-baik. Kalau bisa menghilangkan Rp 100.000,00, sungguh mungkin kelak bisa menghilangkan sejuta, 10 juta atau 100 juta hanya karena ceroboh. Sejak saat itulah saya lebih berhati-hati dalam hal keuangan.

Bukankah Tuhan Mahabaik? Ia membuat kita kehilangan sesuatu, namun kita menemukannya lagi dalam bentuk yang lebih baik.