Saturday, August 25, 2012

Liburan Kali Ini

Sekolah saya libur Lebaran selama sekitar dua minggu. Bimbingan belajar juga libur walaupun tidak selama sekolah. Thanks God.

Sebetulnya apa sih definisi liburan? Tiap orang pasti punya pengertian sendiri. Kalau menurut anak-anak gaul, liburan = main. Menurut anak bureng, liburan = belajar. Menurut anak organisasi, liburan = berorganisasi. Menurut anak sayang keluarga, liburan = family time. Menurut yang punya pacar, liburan = ngedate.

Menurut saya, liburan = relaksasi.

Sebelum masuk SMA saya tidak terlalu menghargai liburan. Bagi saya liburan justru saat-saat yang menjemukkan. Begitu masuk SMA, bagi saya libur satu hari saja merupakan berkah. Karena kehidupan SMA itu melelahkan. Tekanan akademis, urusan organisasi, dan banyak hal tak mengenakkan seolah bersekongkol melawan saya.

Maka, liburan adalah saat di mana saya bisa bersantai-santai sepuasnya. Misalnya melek sampai dini hari kemudian baru bangun tidur siangnya. Bisa membaca apa pun selain buku pelajaran. Bisa bermain gitar terus-terusan sampai kulit ujung jari terkelupas. Bisa berpenampilan semau saya. Menjadi diri saya sendiri.

Tentu saya senang saat main atau ada acara apalah waktu liburan. Tapi menurut saya, liburan yang benar-benar liburan adalah saat saya berbaring di tempat tidur, membaca komik atau membuka netbook, sesekali ngemil dan melakukan semua itu tanpa mencemaskan waktu. Ya, waktu. Waktu yang biasanya mencekik leher saya. Mengejar-ngejar saya, memaksa saya berlari.

Mungkin seharusnya saya memergunakan liburan kali ini untuk belajar keras, mengingat sebentar lagi Mid Semester dan, seperti yang tidak bosan-bosannya menjadi percakapan kami, tahun depan saya akan menghadapi UNAS dan SNMPTN. Ya, SNMPTN. Tak ada kesempatan bagi saya untuk masuk universitas melalui jalur prestasi maupun jalur undangan. Ya, ya, ya, saya menyesal karenanya, mengapa kelas X dan XI tidak saya pergunakan dengan baik dalam bidang akademis. Tapi saya juga bersyukur karena bisa mengetahui "sisi lain" dari bersekolah. Dari SD sampai SMP, saya itu bureng. Di SMA saya seperti melakukan pembalasan. Tolol? Yeah. Setidaknya saya tolol sekarang, bukan pas sudah kuliah.

Saya rasa saya juga patut santai sedikit karena target SNMPTN saya tidak setinggi teman-teman. Sepertinya banyak sekali teman-teman yang mau masuk jurusan Pendidikan Dokter UGM (passing grade 59,3%) dan Akuntansi (passing grade 62,1%) dengan saingan entah berapa ribu orang. Saya sendiri ingin masuk Sastra Perancis UGM yang passing grade-nya tidak terlalu tinggi, yaitu 47,1%. Peminat jurusan itu pun tak terlalu banyak. Jadi saya tidak perlu setegang teman-teman. Walaupun begitu, saya tidak boleh lengah dan tetap harus berusaha keras. Terutama dalam mengejar pelajaran dua tahun.

Satu tahun terakhir saya di SMA akan menjadi tahun yang sangat berat. Semua hal yang saya tunda selama bertahun-tahun dengan dalih, "Pokoknya akan kulakukan sebelum kuliah..." harus benar-benar saya lakukan dalam satu tahun ini. List-nya tentu panjang sekali.

Liburan ini saya hampir tidak belajar pelajaran sekolah. Selain karena malas, saya juga ingin mengisi baterai supaya begitu masuk saya benar-benar dalam kondisi fresh. Liburan ini saya mempelajari hal-hal lain, yaitu seni. Ayah saya suka menyuplai bahan bacaan saya dengan buku-buku sastra dan teater. Saya pun membacanya, lantas membuat ringkasannya. Sangat bermanfaat. Dalam buku "Tentang Bermain Drama" oleh Rendra, saya mendapat banyak teknik bermain drama yang tidak diajarkan di sienom teater sekolah saya. Menariknya belajar teater adalah, ilmu teater bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja teknik muncul. Ketika seorang pemain muncul di panggung, ia harus bisa menyesuaikan diri dengan adegan sebelumnya.

Dalam bidang sastra, saya terbantu dengan perintah ayah saya untuk menyalin tulisan-tulisannya menjadi softcopy (ayah saya tidak bisa menggunakan komputer). Selain bisa belajar EYD, saya bisa mempelajari teknik menulis dari seseorang yang telah menggeluti sastra selama puluhan tahun. Walaupun bayarannya adalah mengetik berjam-jam. Bayangkan, saya menghabiskan waktu sekitar tiga jam hanya untuk mengetik satu naskah monodrama, padahal, tanpa bermaksud sombong, saya adalah pengetik sepuluh jari yang cepat.

Selain itu saya juga belajar seni rupa dengan membuat sketsa sebanyak-banyaknya. Dan tentu saja, seni musik. Saya masih belum bisa stem gitar sendiri tapi sekarang saya sudah peka dengan ritme. Sungguh menyenangkan ketika semua yang saya pelajari itu bercampur: sastra, teater, seni rupa, seni musik. Masing-masing saling melengkapi. Saling memberi manfaat.

Tapi tetap saja inti dari liburan kali ini adalah bersantai. YEAH, BERSANTAI! Saya menonton banyak film. Membaca banyak komik. Mendengarkan banyak lagu. Tidur juga banyak-banyak. Begitu pula dengan makan. Saya kembali menulis fanfiksi. Kembali menemukan sesuatu yang membuat saya teradiksi. Menjadi dekat dengan keluarga. Menikmati kesederhanaan, kesunyian, kesendirian. Singkatnya, kegiatan-kegiatan sederhana yang dalam liburan-liburan sebelumnya tidak tuntas saya lakukan karena dirusuhi kegiatan organisasi dan events. It's me time.

Dengan segala kenyamanan ini, rasanya bayangan masuk sekolah tiga hari lagi cukup membuat depresi. Tapi tidak apa-apa. Yang perlu saya lakukan adalah berusaha sekeras mungkin sampai dengan SNMPTN demi hasil yang baik, lalu saya bisa menikmati hal seperti ini lagi.

Anda tahu? Ini liburan paling membahagiakan untuk saya.