Status adalah pengakuan. Setiap manusia ingin diakui. Maka status adalah the most wanted. Tidak percaya? Lihat saja sekeliling Anda.
Dalam lingkup pergaulan saya, status yang paling diminati adalah status in a relationship. Banyak remaja ngebet pacaran. Seakan kalau tidak punya pacar berarti tidak laku. Maka lahirlah fenomena galau, PHP (Pemberi Harapan Palsu), TTM (Teman Tapi Mesra) dan sebagainya. Saya sendiri belum berminat mendapat status dalam hal ini. Menurut saya, di umur sekarang ini saya belum bisa memaknai cinta. Dan banyak hal lain yang harus saya kerjakan.
Saya sih oke-oke saja sama teman-teman saya yang pacaran. Berani berkomitmen berarti mereka berani menanggung segala resikonya. Terkadang saya iri pada mereka, tentu. Karena mereka terlihat begitu bahagia dan stabil dengan keberadaan orang yang dicintai serta mencintai. Tapi saya juga punya komitmen dengan prinsip saya: orang yang sukses muda adalah orang yang mengorbankan masa mudanya demi masa depan. Saya ingin sukses muda. So, saya belum mau terlibat jauh dengan cinta-cintaan sebelum saya sukses.
Status lain yang paling diminati adalah popularitas. Seberapa eksisnya dirimu, dengan siapa kau bergaul, apa kegiatanmu. Inilah yang membentuk golongan-golongan dalam pergaulan. Atau lebih tepatnya, kasta. Seolah orang-orang cantik dan ganteng dan kaya tidak pantas bergaul dengan orang miskin yang wajahnya biasa-biasa saja. Ngerinya kalau mengejar status ini adalah, timbul kebiasaan merendahkan orang lain.
Dalam lingkup pergaulan saya, status yang paling diminati adalah status in a relationship. Banyak remaja ngebet pacaran. Seakan kalau tidak punya pacar berarti tidak laku. Maka lahirlah fenomena galau, PHP (Pemberi Harapan Palsu), TTM (Teman Tapi Mesra) dan sebagainya. Saya sendiri belum berminat mendapat status dalam hal ini. Menurut saya, di umur sekarang ini saya belum bisa memaknai cinta. Dan banyak hal lain yang harus saya kerjakan.
Saya sih oke-oke saja sama teman-teman saya yang pacaran. Berani berkomitmen berarti mereka berani menanggung segala resikonya. Terkadang saya iri pada mereka, tentu. Karena mereka terlihat begitu bahagia dan stabil dengan keberadaan orang yang dicintai serta mencintai. Tapi saya juga punya komitmen dengan prinsip saya: orang yang sukses muda adalah orang yang mengorbankan masa mudanya demi masa depan. Saya ingin sukses muda. So, saya belum mau terlibat jauh dengan cinta-cintaan sebelum saya sukses.
Status lain yang paling diminati adalah popularitas. Seberapa eksisnya dirimu, dengan siapa kau bergaul, apa kegiatanmu. Inilah yang membentuk golongan-golongan dalam pergaulan. Atau lebih tepatnya, kasta. Seolah orang-orang cantik dan ganteng dan kaya tidak pantas bergaul dengan orang miskin yang wajahnya biasa-biasa saja. Ngerinya kalau mengejar status ini adalah, timbul kebiasaan merendahkan orang lain.
Saat ini saya tidak terlalu mengejar popularitas. Saya lebih nyaman berteman dengan orang-orang yang sederhana. Saya tidak suka memboroskan uang dengan hangout ke mall tiap minggu. No problem kalau dibilang cupu. Untuk mencari popularitas, saya lebih suka menggunakan kemampuan daripada harta. Karena skill tak hanya mengantar menuju popularitas, tapi juga kekayaan dan apa yang disebut dengan "nama".
Ngomong-ngomong, kenapa saya menulis post tentang status? Beberapa saat lalu saya mengedit halaman About.me saya. Itu adalah website yang memungkinkan seseorang untuk mengumpulkan semua blog, jejaring sosial dan segala account yang dimilikinya di internet ke dalam satu page. Bisa dibilang itu adalah cover dari Curriculum Vitae.
Nah, beginilah penampilan About.me saya:
Ngomong-ngomong, kenapa saya menulis post tentang status? Beberapa saat lalu saya mengedit halaman About.me saya. Itu adalah website yang memungkinkan seseorang untuk mengumpulkan semua blog, jejaring sosial dan segala account yang dimilikinya di internet ke dalam satu page. Bisa dibilang itu adalah cover dari Curriculum Vitae.
Nah, beginilah penampilan About.me saya:
Saya tidak punya banyak bahan untuk ditulis di bagian biography. Saya hanya nggandul keluarga saya yang notabene adalah keluarga pelukis dan menyebutkan sekolah saya sekarang.
Nah. Itulah yang sedang menari-nari di pikiran saya: saya belum punya status. Oke, oke, saya punya status. Saya pelajar SMA. Saya penulis. Saya pelukis. Tapi bukan itu yang saya maksud. Pelajar adalah status yang saya dapat dengan sendirinya, karena toh sekolah adalah kewajiban. Penulis? Saya belum pernah mempublikasikan karya ke media massa, jadi rasanya belum real. Pelukis? Saya sudah lama vakum melukis.
Jadi, apa sih saya sekarang?
Untuk referensi dalam mengedit About.me, saya melihat-lihat About.me milik orang lain. Rata-rata sudah cukup mapan dan memiliki status yang jelas. Saya juga coba membaca CV milik orangtua dan kakak-kakak saya. Wuiih, saya iri. Mereka punya begitu banyak bahan untuk ditulis. Begitu banyak pengalaman untuk dibanggakan. Ini dia, pengalaman. Tidak semestinya saya membandingkan diri dengan mereka karena mereka sudah menjalani hidup bertahun-tahun lebih lama dari saya. Saya jelas kalah pengalaman.
"Kurangnya pengalaman hanya bisa ditutupi dengan pengalaman"
Maka saya harus terus mencari pengalaman. Sejak masuk SMA saya memang kebanjiran pengalaman, terutama pengalaman berorganisasi. Sangat berguna. Saya jadi menyadari kekurangan saya. Sekarang saya sedang berlatih menjadi manager bagi diri sendiri. Dan mengembangkan semangat serta mimpi saya.
Kalau ditanya, "Statusmu sekarang apa?"
Saya ingin menjawab, "Saya bukan pemburu status. Saya adalah penikmat proses. Bagi saya, status hanya bonus."
Ya, saya ingin menjawab begitu. Sayangnya belakangan ini saya terlalu ambisius. Saya ingin begini, saya ingin begitu. Saya ingin status. Saya ingin diakui. Dan saya harus berusaha untuk mendapatkannya. Target tinggi berarti usaha juga harus tinggi, right?