Post ini saya tulis dalam
keadaan flu untuk yang ketiga kalinya
dalam bulan ini, plus maag dan sakit gigi. Yang membuat saya heran adalah
penyakit-penyakit tersebut bisa membuat saya tidak masuk sekolah sekitar
seminggu dan tidak ikut bimbel entah berapa pertemuan.
Selama ini gaya hidup saya memang
tidak terlalu sehat. Saya kerap terkena penyakit seperti flu dan sariawan.
Namun penyakit-penyakit tersebut jarang menghalangi saya untuk berangkat
sekolah, seandainya iya pun paling hanya satu-dua hari.
Lha yang sekarang kok seminggu?
Untuk menjelaskannya, mari saya
ceritakan kondisi kelas saya sekarang. XII IPS bertempat di ruang 202. Anda
akan ilfeel pada kelas kami bahkan sebelum masuk karena dua daun pintu kami
tertutup kertas-kertas jadwal dan materi PMKT. Juga perhatikan papan tulis, di
bagian atasnya ada tulisan 215 to UN (215 hari lagi menuju UN, diperbarui tiap
hari). Siapakah pencetus ide yang bagi saya membebani mental sebelum waktunya itu?
Yang menulisnya lagi padahal sudah diam-diam saya hapus?
Anggun. Ya, Anggun, yang dulu
merupakan partner bolos saya. Anggun yang itu, yang dulu lebih suka ke Studio
NP, Planet, bahkan AMC untuk main kartu sama saya daripada ikut pelajaran.
Anggun yang sekarang berubah
sekali. Bisa dibilang dia orang terbureng di kelas. Dia tidak pernah bolos
lagi. Jarang telat. Duduknya deretan depan. Catatan lengkap, tugas selalu
mengerjakan. Sepertinya di sekolah, rumah dan GO kerjaannya belajar terus. Pokoknya
bureng! Kadang saya capek sama kebiasaan baru Anggun ini, tapi toh
kepribadiannya tidak berubah, jadi saya fine-fine saja. Lagipula dia benar: “Yang
kita lakukan bulan-bulan inilah yang akan menentukan masa depan kita,” begitu
katanya. Dia ingin masuk Manajemen UGM yang passing grade dan peminatnya tinggi
atau mungkin ke Jerman. Semoga sukses ya Nggun.
Kalau Anggun baca post ini dia
pasti akan berkomentar, “Opo kowe ‘ra bureng Ndan!”
Ya, di kelas XII ini pun saya
berubah. Frekuensi telat saya berkurang 90%. Kalau dulu saya biasa berangkat
pukul 9 karena bangun kesiangan atau pukul 12 karena ke sekolah hanya untuk
rapat, sekarang saya berangkat pukul 6 kurang, bahkan masih bisa melihat matahari
terbit saat menunggu bus! Penyebabnya adalah PMKT (Pemantapan Mental dan
Keterampilan Teknis), yaitu latihan soal metode SNMPTN dengan materi kelas X,
XI dan XII. Berlangsung tiap hari pukul 06.30-07.15. Sungguh cara yang licik
untuk membuat kami belajar tiap hari. Sejauh ini hasil PMKT kelas kami belum
menggembirakan, nilai berkisar antara 3 dan 5. Nilai 6 dan 7 dianggap bagus.
Bahkan pernah kelas kami bergelimang nilai nol dan minus saat PMKT Matematika.
Frekuensi bolos saya juga
berkurang—100%. Mengharukan sekali. Oh ya, sekarang saya juga sering duduk
deretan depan. Beginilah komentar Bella Indah dan Salmon yang takjub, “Pandan
itu dulu kalau pelajaran duduk paling belakang, tutupan korden terus tidur.
Sekarang? Duduk paling depan! Ckckck.”
Opo kowe ora Bel, Mon.
Sekarang kelas kami memang
bersama-sama menuju bureng. Yang paling kelihatan adalah berkurangnya jumlah
anak yang membawa laptop maupun netbook. Biasanya kalau ada benda-benda itu
kami lebih banyak online dan (bagi sebagian anak) nonton orang Korea
joget-joget daripada memerhatikan penjelasan guru. Kami juga sudah tidak main
kartu lagi—baru beberapa hari belakangan sih, soalnya kartu remi hilang
sedangkan kartu UNO disita. Selain itu kami jadi lebih kritis dalam
memerhatikan pelajaran. Ternyata kalau diperhatikan, pelajaran Matematika dan
Akuntansi tidak terlalu abstrak. Terutama karena kami mendapat guru-guru enak
dalam hampir semua mata pelajaran.
Dulu saat kelas XI saya takjub
tiap kali melewati ruang kelas XII. Tenang sekali, yang terdengar hanya suara
guru. Semua anak fokus padanya. Mungkin sekarang giliran adik-adik kelas yang
takjub kalau melewati ruang kelas kami. Yaaah, tapi seperti kata Maya, “Sebureng-burengnya
anak IPS nggak bakal bikin stres.” Benar juga sih. Walaupun sibuk belajar, pelajaran
kami tidak sesulit jurusan IPA sehingga kami masih sempat melakukan beginian:
menggosip tanpa juntrungan (topik wajibnya adalah Gessa, cowok terganteng
se-Teladan 2013), menghias pintu kelas kami (sekarang ada beberapa untai tirai
bangau kertas dan entah apa lagi yang dibuat Maya, juga hiasan bunga-bunga
sakura, pernah juga balon yang dibawa Ryma. Malah ada rencana foto-foto kami
juga), mengganggu Mutsil tiga kali sehari (saya), dan lain-lain.
Rasanya kelas kami jadi lebih akrab.
Kami lebih banyak mengobrol, seringnya sih tentang masa depan. Kami jadi makin
mengetahui satu sama lain. Rasanya kelas ini… mulai jadi kelas yang
sebenar-benarnya. Kami disatukan oleh semangat bureng.
Tapi sebenarnya daripada bureng, yang
saya lakukan belakangan ini lebih ke menyesuaikan diri dengan keteraturan. Saya
menjaga diri supaya tidak terlalu semangat dan terobsesi di awal. Karena menurut
saya, perjalanan menuju UN dan SNMPTN itu seperti lomba maraton. Kalau sudah
sprint dari awal, bagaimana bisa tahan hingga akhir? Strategi terbaik adalah berlari dengan stabil
kemudian baru mempercepat diri menjelang garis finish. Maka saya masih
bersantai-santai juga.
Walaupun begitu, ternyata tubuh
saya tidak kuat dengan penyesuaian diri terhadap keteraturan tadi. Terlebih
karena saya ikut bimbingan belajar di GO (Ganesha Operation) empat hari dalam
seminggu, jam malam. Saya berjalan sekitar dua kilometer pulang-pergi. Kabar
baiknya, saya jadi rajin mandi. Kabar buruknya, saya sering kena angin malam
sehingga mudah flu. Bagaimana dengan maag? Jadwal makan siang saya memang
sering terlambat, sekarang karena les malam jadwal makan malam juga. Kalau
sakit gigi? Ternyata karena bulu sikat gigi saya sudah mbrodol.
Begitulah.
Seandainya Anda juga kelas XII
dan kecapekan dengan rutinitas, ingatlah, INI BARU AWAL. Kalau di awal saja
sudah menyerah karena tidak tahan, bagaimana nanti di tengah-tengah, serta di
akhir?