Wednesday, July 11, 2012

Bahagia Itu...

Apa makna bahagia? Masing-masing orang punya jawaban berbeda: bahagia itu bebas, bahagia itu kaya, bahagia itu cinta, atau yang paling populer... bahagia itu sederhana.

Sederhana. Untuk menjelaskannya, saya akan memberi gambaran berupa sekolah saya sekarang. SMA Teladan adalah sekolah yang menjunjung kesederhanaan. Banyak anak orang kaya di sana. Anak-anak orang kaya itu berangkat ke sekolah dengan mobil, sering berlibur ke luar negeri dan entah fasilitas mewah apa yang mereka dapat di rumah. Tapi begitu menginjakkan kaki ke sekolah, anak-anak orang kaya itu hampir tidak terlihat bedanya dengan anak orang biasa-biasa saja... Karena sekolah kami mengajari untuk mengkondusifkan kesederhanaan.

Contoh kiat mengkondusifkan kesederhanaan adalah, sekolah kami mengadakan study tour ke Museum Sangiran dan Kraton Solo alih-alih berlibur ke Bali dan Pangandaran. Ini sih sederhana yang tidak pada tempatnya tapi bukan itu poin kita. Kiat-kiat lain adalah sekolah tidak mewajibkan murid untuk membeli buku pelajaran tertentu tetapi membebaskan untuk belajar dari buku mana saja, dan ada aturan tidak tertulis bahwa seluruh murid muslim perempuan harus mengenakan kerudung. Kerudung dan seragam panjang itu menghalangi murid untuk pamer aksesoris.


Murid-murid di sekolah saya terbagi menjadi tiga golongan: hitam, putih, abu-abu. Golongan putihlah yang akan saya ceritakan pertama. Mereka penganut sejati ajaran "bahagia itu sederhana" dan terdiri dari orang-orang yang berorientasi pada agama. Oh ya, atmosfer agama sekolah saya jauh lebih berat dari sekolah-sekolah negeri lain. Tak perlu heran melihat panjang kerudung murid perempuan sampai lutut atau murid laki-laki bercelana congklang. Jangan kaget kalau mengobrol dengan mereka yang topik pembicaraannya bagaimana menjadi muslim ideal, bagaimana memilih istri atau suami, bagaimana menjalani kehidupan pernikahan muda...

Nikah muda. Itulah kebanyakan tujuan golongan putih di sekolah saya. Sebagai contoh saya mempunyai seorang alumni, sebut saja Mbak A. Mbak A menikah di usia 19 tahun dengan alumni Teladan juga (ngomong-ngomong hal tersebut sering terjadi). Walaupun sudah menikah, Mbak A tetap kuliah di jurusan gizi dan kesehatan karena salah satu tujuan kuliahnya adalah supaya bisa mengelola gizi dan kesehatan keluarganya dengan baik. Selain itu Mbak A aktif menulis cerpen islami. Kenapa saya bisa tahu? Karena saya sering kepo Mbak A dan suami beliau. Saya melakukannya untuk memahami pola pikir golongan putih. 

Dari hasil kepo, menurut saya Mbak A adalah seorang istri yang ideal. Cantik, penurut, lemah lembut, baik hati, pintar, dan punya kriteria paling penting menurut golongan putih: ingin membentuk keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Jadi, golongan putih biasanya sudah puas dan bahagia kalau bisa hidup dengan nyaman, sederhana, serta memiliki keluarga yang bersama-sama menuju surga. Karir seperti bukan prioritas utama mereka. Saya tidak bilang ini jelek. Saya hanya penasaran, apakah mereka tidak ingin mencapai lebih banyak? Tanpa bertanya pun saya tahu jawaban mereka, "Pandan, apa yang kamu maksud dengan 'lebih banyak'? Menurut kami, 'lebih banyak' itu berarti Allah."

Bagaimana dengan golongan lainnya di Teladan? Hitam adalah golongan yang bebas. Mereka terdiri dari bad boy dan bad girl. Tapi percayalah, di luar mereka hanya akan mendapat predikat "almost bad boy" dan "almost bad girl". Mereka suka berganti-ganti pacar, tidak ragu berkata kotor, dan melakukan hal-hal yang sebenarnya normal saja untuk remaja. Uniknya, salah seorang golongan hitam suka membuat graffiti "bahagia itu sederhana" di lingkungan sekolah seperti di papan tulis, kotak aspirasi, meja... Sejak munculnya graffiti-graffiti itu, aku menemukan beberapa tulisan anak Teladan mengenai konsep bahagia itu sederhana. Terima kasih telah menyebarkan inspirasimu, Kawan.

Lalu... golongan abu-abu. Favorit anak Teladan. Aku pun bercokol di zona ini. Kami tidak mau repot-repot mendeklarasikan diri sebagai putih atau hitam. Lantas bagaimana konsep bahagia menurut golongan abu-abu? Menurut saya, bahagia itu berarti aman. Karena di sekolah saya... yang beraman-amanlah yang bisa bertahan. Fuck yeah!

No comments:

Post a Comment