Momen tahun baru
memunculkan optimisme dalam diri saya. Sederet target terbentuk, siap
untuk diwujudkan. Supaya tidak lupa, ini dia hitam di atas putih:
target utama saya adalah berhenti menjadi pengangguran.
Mengapa pengangguran?
Dahulu guru Ekonomi saya menerangkan, salah satu dampak negatif
menjadi pengangguran ialah berkurang atau hilangnya kemampuan. Sebab
kemampuan tersebut tidak digunakan. Ketika kembali bekerja, sulit
mencapai performa yang sebaik sebelumnya.
Saya tak benar-benar
memahami konsep tersebut sampai mengalaminya sendiri. Dahulu,
terutama saat SMP, menulis merupakan kegiatan rutin bagi saya. Namun
sejak masuk SMA saya malas melakukannya. Puncaknya tahun lalu... saya
hampir-hampir tak menelurkan karya tulis yang berarti. Maka ketika
memutuskan untuk kembali aktif menulis, saya mengalami cukup banyak
hambatan. Rasanya sangat sukar menemukan ide. Betapa kini saya
tersendat-sendat dalam menyusun kata dan membutuhkan banyak sekali
waktu untuk mengedit. Citarasa saya terseok bagai zombie
yang dibangkitkan dari kubur.
Yang
membuat saya semakin resah, tampaknya tiba-tiba semua orang bisa
menulis dengan baik. Beberapa teman saya bahkan bisa menulis layaknya
profesional—ide yang
cemerlang, diksi rumit membelit indah, taste yang
sedemikian tinggi. Saya iri sampai sesak napas tatkala membaca
karya-karya mereka.
Tak
ada yang bisa saya lakukan kecuali berusaha-ha-ha-ha-ha (seperti
itulah ia bergema dalam benak saya). Dalam upaya ini saya akan selalu
mengingatkan diri untuk tidak tamak. Sebab ketamakan dalam berusaha
biasanya menciptakan stres yang tidak perlu (ngomong-ngomong, saya
pernah mengalaminya). Maka saya akan berusaha dengan cara step
by step. Selain itu saya
mempunyai suatu strategi yang bisa Anda baca di blog baru saya pada
post Kiat Konsisten Melaksanakan Resolusi Tahun Baru
Mari bangkit, para pengangguran! Mari kembali berkarya selagi
semuanya masih terasa segar!
No comments:
Post a Comment